ADMIN

Photobucket
LOGIN

SITE INFO

LINK SAHABAT

===> A <===
1.Adink
2.AaToto
3.Aeran
4.Aveon666
5.Aries
6.Arkasala
7.Aldrix
8.Anak SD
9.AllGoblog
10.Andi Dicka
11.Andie Buytank
12.Ady Inbox
13.Air Surga
14.Ajiee Blog
15.Amazing Reviews 4 you<
16.Arti Irhamna
17.Affilasi Bisnis
18.AnggaHendra
19.AnakNgalam<
20.Ardijh7
21.armanks
22.Aura
23.Ayunda
===> B <===
24.^^Bobotoh Roma^^
25.Blog Project
Best Place For Tour
27.Blog Kesuksesan Hidup
28.Blue Hot Page
29.BarajaKom
30.Blog-Jeri27
31.Bunga Raya
32.BayuAndDaguma
33.Bisnis 4 Idiot
34.Biohazard
35.Boim Lebon
36.Bola Sinema Blog
37.Bunga
===> C <===
38.ChemplUx-Onlen
Cika
crayon sinchan
Cynthia
===> D <===
39.Do Belog
40.Sebuah Keinginan
41.Diary Aktivis
42.dbscikembar
43.Death Berry<
44.Dedi pojok jambi
45.Denise
46.Dhea
47.dhimas
48.Diary Pink
49.Dimas
50.Dizzthea Romanisti
51.Dede Suhendar
===> E <===
52.Eri-Communicator
53.Devit
54.Dukun Komputer
55.Eko Hero
56.Dede Suhendar
===> E <===
57.eymoney.com
58.Ekspresikan Dirimu Disini
59.Fukuins Home
60.Ekicia
61.Emilia
62.endrs
===> F <===
63.Friendster Tutorial
64.Fuadi Daud Blog
65.gizzelle.co.cc
===> G <===
66.Ghusti Samosir
67.Hadollar Blog
68.Hadier
69.fitrimohan<
70.Gerry RI
71.Gothic
72.GolSpektakuler
===> H <===
73.Hendri
74.Harry
===> I <===
75.IKHWAN
76.^Ikhsan romanisti^
77.Iklan Simpel
78.IndoTrend Music
<
a href="http://blogcenti.blogspot.com/">
79.Ireng_Ajah
80.Internet Smart
81.IjoPunkJutee
82.Ika BaLikpaPan
83.Imay baLikpaPan
===> J <===
84.Jay Chou Area
85.Joeedmund
86.Jendela-Online
87.JankersZone
  • 88.Jezz01
    89.Joe Romanisti
    ===> K <===
    90.KyaiBlog
    91.**KingOfJail
    92.Kocak Gila
    93.Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009
    94.Kang Joko
    95.Kota Tahu Ku
    96.Kebo Ello
    97.Kembara Bum
    98.Komputer & Internet Trik
    99.Kampung Konoha
    100.Kumagcow
    101.KapaBec
    ===> L <===
    102.Laksana Embun
    103.Looking For Duit
    104.library.fitrian.com
    105Lady Fiera
    106.Lyla
    ===> M <===
    107.Make Your Scream
    108.MD-Jobs
    109.Muchammad
    110.MrHacker
    111.MyCuteLand
    112.Mutiara Berkilau
    113.Maknyooos
    114.Maudi
    115.Merajut Pelangi
    116.Mysteryeworld
    ===> N <===
    117.Nia Shop
    118.Newyorkarto
    119.Nurwita Site
    120.newxzone
    121.Nay
    ===> P <===
    122.Ping Your Hear
    123.Purnama
    124.Pras2009
    125.Pojok Santai
    126.Panca's Blog
    127.Pontianank Asyik
    128.Padro Romanisti
    129.Pinka
    130.Prima Mustika
    131.Princess Pink
    132.Pritha
    133.Putri
    ===> R <===
    134.Rae_zen
    135.Rizaladha
    136.Roomeroo
    137.Real Estate site
    138.**Rusli Zainal Sang Visione
    139.Rizky
    140.Rudi Susanto
    141.Rivans Blog
    142.Renata
    143.Rina
    144.ronald
    145.Rozalina
    146.Sepakbola
    147.RedBlack
    ===> S <===
    148.Sang Milyader
    149.Silemot
    150.Seputar Obat
    151.SENOshadowsz
    152.Situs Informasi Internet
    153.Sarang Penyamun
    154.S60 collection
    155.Sanny Kurniadi
    156.Shelly
    157.Sherlee
    158.Sissy<
    159.Srie<
    160.Sunil
    161.Superexcellentteam
    162.Sven Marvins
    163.Siganteng
    164.Share And Learn
    165.Secret Affiliate
    166.Sekolah Pramugari
    ===> T <===
    167.Tukang Arsip
    168.Tips Spack
    169.Teacher Acim
    170.Trik Komputer & Internet
    171.Tukang Komentar
    172.Tyo Blogs
    <
    a href="http://tukerinfo.blogspot.com">173.Tukeran Info
    174.TEMPLATE INDO
    175.The Princess Pink
    176.Tukeran Link
    177.Toko Boneka
    ===> U <===
    178.Ulin
    ===> V <===
    179.Vampire_girl
    180.Viki
    181.Verena Felicia<
    182.Vicy
    183.Vienz<
    184.Vuee Cat
    ===> W <===
    185.Wungkal.com
    186.Website Gratis
    187.Warung Dolla
    a href="http://warung-bisnis-online.blogspot.com">188.Warung Bisnis
    ===> Y <===
    189.Yuwie Tips
    ===> Z <===
    190.Za Lupin
    ===> KOMUNITAS <===
    Romanisti Indonesia
    Manchester United Blog
    Romanisti Jambi
  • BERLANGGANAN VIA E-MAIL

    Bergabunglah,Masukkan email anda ke kolom bawah ini untuk update terbaru

    Delivered by Crew Lensa

    Jumat, 04 September 2009

    Cinta Sepotong Mimpi

    Kiriman dari : IMEL SMA N 1 Magelang


    Dapatkah seseorang mencinta hanya karena sepotong mimpi? Mustahil. Namun, adikku semata wayang mengalaminya – setidaknya itu yang diakuinya.

    Gadis yang dicintainya adalah Lala, adik sepupunya sendiri. Wajar, bukan? Bahkan, menjadi halal saat kedua orang tuaku kemudian berpikir untuk meminangnya.

    Semua berawal dari penuturan Jamal. Ia bilang, ia memimpikan Lala sebagai gadis yang diperkenalkan Ibu kepadanya sebagai calon istrinya.

    “Kami sudah saling mengenal, Bu,” kata Jamal dalam mimpi itu dengan malu-malu. Gadis itu pun mengangguk dengan senyum malu-malu pula.

    Sebenarnya Jamal tidak terlalu meyakini gadis itu adalah Lala. Wajahnya samar terlihat. Namun, Jamal merasakan aura gadis itu cukuplah ia kenal. Hebatnya, ini diperkuat oleh ayah kami. Di malam yang sama, beliau bermimpi tentang Jamal yang duduk di kursi pelaminan bersama Lala! Apakah ini pertanda? Entah. Hanya saja, sejak itu aku merasakan pandangan Jamal terhadap Lala berubah.

    Mereka sebenarnya teman bermain di waktu kecil, namun tak pernah bertemu lagi sejak remaja. Keluarga Lala tinggal jauh di Surabaya, sementara kami di Jakarta. Kami jarang berkumpul, bahkan saat lebaran, sehingga kenangan yang dimiliki Jamal tentang Lala adalah kenangan di masa kecil dulu sebagai abang yang kasih kepada adiknya. Kasih dimana sama sekali tak terpikirkan untuk memandang Lala sebagai gadis yang pantas dicintai, bahkan halal dinikahi. Namun, mimpi itu mampu menyulap semuanya menjadi…cinta (?).

    Mari katakan aku terlalu cepat menyimpulkan sebagai cinta. Barangkali saja itu hanya pelangi yang tak kunjung sirna mengusik relung hati adikku. Pelangi yang mampu merubahnya menjadi sok melankolis hingga membuat kami sekeluarga khawatir melihat ia kerap termenung menatap kejauhan, untuk kemudian mendesah perlahan.



    “Mungkin kau harus menemuinya di Surabaya,” kata Ibu.

    ”Rasanya tak usah, Bu. Masak hanya karena bunga tidur aku menemuinya,” jawab Jamal.

    ”Barangkali saja itu pertanda.”

    ”Bahwa Lala jodoh saya?”

    ”Bukan. Bahwa sudah lama kau tak mengunjungi mereka untuk bersilaturahmi. Biar nanti Mbakmu dan suaminya yang menemanimu kesana.”

    Jamal tertegun sejenak untuk kemudian mengangguk.

    Wah, pintar sekali Ibu membujuk. Padahal tanpa sepengetahuan adikku yang pendiam itu, Ibu menyerahi kami tugas untuk ”meminang” Lala. Ibu betul-betul yakin mimpi itu sebagai pertanda sehingga memintaku menanyakan kepada Lala tentang kemungkinan kesediaannya dipersunting Jamal.

    ”Kenapa tidak minta langsung saja pada Paklik? Biar mereka dijodohkan saja,” kataku waktu itu.

    ”Ah, adikmu itu takkan mau.”

    ”Tapi…”

    ”Sudahlah. Ibu tahu Jamal belum terlalu dewasa. Kuliah saja belum selesai. Tapi setidaknya ia memiliki penghasilan dari usaha sambilannya berdagang, ‘kan?”

    “Bukan itu maksudku. Apa Ibu yakin Jamal mau dengan Lala? Barangkali saja mimpinya hanya romantisme sesaat.”

    Ibu tercenung. Aku yakin Ibu belum memastikan ini. Yang beliau tahu hanya Jamal yang bertingkah aneh. Itu saja. Selebihnya ia perkirakan sendiri. Sepertinya justru Ibulah yang ngebet ingin meminang Lala.

    ”Kupercayakan semua itu padamu.”

    Walah! Berarti tugasku berlipat-lipat! Selain memastikan kesediaan Lala, aku pun harus memastikan perasaan adikku sendiri.

    ***

    Ia diam. Sudah kuduga reaksinya begitu jika kutanyakan tentang kemungkinan perjodohannya dengan Lala.

    “Kamu mencintainya?” Aku mengganti pertanyaan. Kali ini Jamal malah terkekeh.

    ”Mungkin… Entahlah. Rasanya tak wajar.”

    Tentu saja tak wajar! Bagiku, mencinta karena sepotong mimpi hanya omong kosong. Lagi pula Jamal tak tahu seperti apa wajah dan kepribadian Lala dewasa ini. Aku pun tak tahu.

    “Santai saja, Mal. Tak usah dipikirkan. Yang penting kita tiba dulu di sana,” kata Bang Rohim, suamiku.

    ***

    Setiba di Surabaya, kami disambut keluarga Lala hangat.

    ”Wah, iki Jamal tho? Oala, wis gedhe yo?!” ucap Bulik.

    Jamal hanya tersenyum. Apalagi saat pipi gendutnya dijawil Bulik seperti saat ia kanak-kanak dulu.

    ”Mana Lala, Bulik?” tanyaku saat tak mendapati anak semata wayangnya itu.

    ”Ada di dapur. Sedang bikin wedhang.”

    Aku segera ke dapur. Aku sungguh penasaran seperti apa Lala sekarang. Kulihat seorang gadis di sana. Subhanalah, cantiknya! Ia mencium tanganku. Hmm, santun pula. Cukup pantas untuk Jamal. Tapi, aku harus menahan diri. Kata Bang Rohim, butuh pendekatan persuasif untuk menjalankan misi ini. Aku tak yakin aku bisa sehingga menyerahkan sepenuhnya skenario kepadanya.

    Tak banyak yang dilakukan Bang Rohim selain meminta Lala menjadi guide setiap kami bertiga pergi ke pusat kota. Ia melarangku membicarakan soal perjodohan, pernikahan, pinangan atau apapun istilahnya kepada Lala. Katanya, kendati kami keluarga dekat, sudah lama kami tidak saling bersua. Bisa saja Lala memandang kami sebagai ”orang asing”. Upaya melancong bersama ini demi untuk mengakrabkan kembali Jamal, Lala dan aku. Kiranya ini dapat memudahkanku saat mengutarakan maksud kedatangan kami sesungguhnya nanti.

    Malam ini saat dimana aku diperbolehkan suamiku mengungkapkan semuanya kepada Lala. Seharusnya memang begitu. Tapi Jamal mendahuluiku. Tak kusangka ia serius dengan perasaannya. Ia utarakan semuanya. Tentang mimpinya, tentang jatuh cinta, bahkan tentang pinangan.

    “Mungkin Dik Lala menganggap ini konyol. Abang juga merasa begitu. Tapi, setidaknya sekarang Abang yakin dengan perasaan Abang. Jadi, mau tidak kalau Lala Abang lamar?”

    Bukan manusia kalau Lala tidak kaget ditembak seperti itu. Ia tampak galau. Seperti aku dulu. Sayang Lala tak merespon seperti aku merespon pinangan Bang Rohim dulu.

    “Maaf, Mas. Aku terlanjur menganggapmu sebagai kakak. Rasanya sulit untuk merubahnya.”

    Berakhirlah. Sampai di sini saja perjuangan kami di Surabaya. Jamal tersenyum mengerti, namun kuyakini hatinya kecewa. Cintanya yang magis tak berakhir manis. Kami pulang ke Jakarta dengan penolakan.

    Sejak hari itu, Jamal tak terlihat lagi melankolis. Ia kembali sibuk dalam aktivitasnya. Adikku itu benar-benar hebat. Kendati patah hati, ia tak mau larut dalam perasaannya. Bahkan, belakangan aku tahu ia belum menyerah. Setidaknya penolakan itu berhasil mengakrabkan kembali Jamal dengan Lala. Mereka berdua kerap berkirim SMS sekedar menanyakan kabar ataupun saling bercerita. Jamal betul-betul memandang ini sebagai peluang untuk mengubah pandangan Lala terhadapnya.

    Waktu kian berganti hingga masa dimana Jamal mengutarakan lagi keinginannya itu. Sayang ditolak lagi. Begitu berulang hingga tiga kali.

    Ayah dan Ibu prihatin melihatnya. Mereka tak bisa berbuat banyak. Keinginan mereka untuk menjodohkan saja keduanya Jamal tolak.

    ”Syarat orang yang menjadi calon istriku, haruslah tulus ikhlas menjadi pendampingku. Atas kemauannya sendiri, bukan pihak lain!” Begitu alasannya selalu.

    Terserahlah apa katanya. Tapi ini sudah menginjak tahun kelima Jamal memelihara cinta tak kesampaian ini. Usianya kian mendekati kepala tiga. Cukup mengherankan ia tetap memeliharanya terus. Rasanya tak layak cinta itu dipelihara terus. Ia harus diberangus. Lala bukanlah gadis terakhir yang hidup di dunia. Untuk itu Ibu, Ayah dan aku kongkalikong untuk membunuh cinta Jamal. Sudah saatnya ia mempertimbangkan gadis-gadis lain. Kebetulan ada yang mau. Pak Haji Abdullah sejak lama ingin bermenantukan Jamal dan menyandingkannya dengan Azisa, anak sulungnya. Kami susun perjodohan tanpa sepengetahuan Jamal. Lantas, kami sekeluarga berusaha ”menghasut” Jamal untuk memperhitungkan keberadaan Azisa, temannya sejak SMU itu.

    Alhamdulillah berhasil. Hati Jamal mulai terbuka untuk Azisa sehingga saat Pak Haji Abdullah meminta dirinya menjadi menantu, ia tak punya lagi pilihan selain mengiyakan.

    ***

    Kesediaan Jamal memang sudah didapat, namun anehnya ia tak kunjung juga menentukan tanggal pernikahan. Kali ini naluriku sebagai kakak turut bermain. Rasanya Jamal tengah menghadapi masalah yang tak dapat dibaginya kepada siapapun, termasuk Azisa. Saatnya aku menjadi kakak yang baik untuknya.

    ”Entahlah, Mbak. Rasanya aku tak siap untuk menikah.”

    Mataku terbelalak saat Jamal mengutarakan penyebabnya.

    ”Apa pasal?” tanyaku agak jeri. Aku tak berani membayangkan jika Jamal tiba-tiba membatalkan perjodohan. Keluarga kami bisa menanggung malu!

    ”Rasanya Azisa bukan jodohku.”

    Aku semakin terkesiap. Aku mulai menduga-duga arah pembicaraannya.

    ”Lala-kah?” tanyaku. Jamal mengangguk pelan, namun pasti.

    ”Sebenarnya mimpi tempo hari itu tak sekonyong datang. Aku memintanya kepada Tuhan. Aku meminta Dia memberikan petunjuk tentang jodohku kelak. Dan yang muncul ternyata Lala!”

    Aku kembali terdiam. Aku benar-benar payah. Sudah setua ini, masih saja tak dapat menjadi kakak yang baik buat Jamal. Aku bingung harus menanggapi bagaimana.

    ”Maafkan jika selama ini Mbak tak bisa menjadi kakak yang baik, Mal. Bahkan untuk masalahmu satu ini pun Mbak tak bisa menjawab. Hanya saja, kita tak akan pernah benar-benar tahu apa yang kita yakini benar itu sebagai kebenaran, Mal. Termasuk mimpimu. Mbak tidak tahu lagi harus menganggapnya omong kosong ataukah benar-benar pertanda. Kalaulah mimpi itu pertanda, pasti banyak sekali maknanya.”

    ”Kamu memaknainya sebagai cinta dan jodoh, Ibu memaknainya sebagai silaturahmi dan Ayah memaknainya sebagai tipikal istri ideal bagimu. Bukankah Azisa pun tak berbeda jauh dengan Lala? Mimpi itu nisbi, Mal.”

    Jamal hanya mendesah pelan sambil memandang kejauhan. Mukanya masam. Mungkin tak menghendaki aku bersikap tak mendukungnya.

    ”Mungkin,” lanjutku, ”ini hanya masalah cinta saja. Mungkin hatimu masih hidup dalam bayangan Lala dan tak pernah sekali pun memberi kesempatan untuk dimasuki Azisa. Kau hidup di kehidupan nyata, Mal. Sampai kapan akan menjadi pemimpi?!”

    Aku tersentak oleh ucapanku sendiri. Tak kuduga akan mengucapkan ini. Bukan apa-apa. Beberapa waktu lalu kami mendengar kabar Lala menerima pinangan seseorang. Kendati menyerah, aku yakin Jamal masih memiliki cinta untuk Lala. Ia pasti sakit. Aku betul-betul kakak yang tak peka. Aku menyesal. Aku peluk Jamal, menangis sesal.

    Jamal turut menangis. Isaknya berenergi kekesalan, kekecewaan, kesepian, keputus-asa-an, bahkan kesepian. Aku terenyuh. Betapa ia menderita selama ini.

    “Besok kita batalkan saja perjodohan dengan Azisa, Mal. Itu lebih baik ketimbang kau tak ikhlas menjalaninya nanti. Itu katamu tentang pernikahan, ‘kan? Kita bicarakan dulu dengan Ayah dan Ibu.”

    Kupikir ini yang terbaik. Tak bijak rasanya tetap berkeras melangsungkan perjodohan di saat Jamal rapuh begini. Di saat Jamal terluka dan bimbang pada perasaannya. Biarlah keluarga kami menanggung malu bersama.

    “Tidak. Kita teruskan saja. Aku ikhlas menjalani sisa hidupku bersama Azisa. Mungkin aku hanya membutuhkan sedikit menangis saja. Aku pergi dulu ke rumah Pak Haji untuk membicarakan ini. Assalamu’alaikum.”

    Kutatap kepergian Jamal dengan perasaan tak tentu. Kalau diingat semua ini terjadi karena mimpi. Ya, Allah apakah benar mimpi itu pertanda-Mu? Jikalau benar kenapa sulit sekali terrealisasi? Jika pun tidak benar kenapa banyak orang mempercayai?

    Aku terpekur. Maafkan aku adikku. Aku hanyalah insan, yang tak mampu menerjemahkan segala misteri-Nya, bahkan yang tersurat sekalipun. Aku hanya berusaha. Dia tetap yang menentukan. Maafkan aku.



    Komentar :

    ada 0 komentar ke “Cinta Sepotong Mimpi”

    Posting Komentar

    Artikel Terbaru

    CUACA

    Tinggalkan Jejak Di Sini

    BANNER SAHABAT

     

    INBOX

    ROMA FILE's

    Photobucket

    SPONSOR


      BUG's Pengaman LPG
      software penambah saldo ATM
    Rahasia Uang Dari Internet  Software SMS pengumpul uang
    Komisi super   website ter murah
    This Magazine Online is proudly powered by Lensaku Team | Dezigned by Ikhwaners