Kiriman : Risma (SMK N 2 Magelang)
Tentu saja, kalau yang menjadi motivasi adalah uang atau honor, menulis surat pembaca di media massa tidak bisa dianggap sebagai kegiatan yang produktif, atau yang bisa memberikan manfaat besar.
Tetapi, kalau dengan tujuan demi melatih diri, antara lain belajar mengungkapkan ide, gagasan, pendapat, kritik, usulan sdb., maka rubrik yang disediakan oleh media massa ini bisa dianggap sebagai sarana dan wahana yang sangat tepat. Sebab, kecuali tidak membutuhkan “ilmu yang tinggi”, persiapan yang rumit, atau kemampuan yang luar biasa, rubrik ini relatif mudah ditembus.
Rubrik yang disediakan media massa secara Cuma-Cuma untuk pembaca (sebagai bentuk pelayanan atau pengabdian masyarakat pers untuk public/umum ini kecuali bisa dijadikan sebagai ajang melatih diri juga bisa digunakan untuk mempresentasikan profil pribadi, atau memperkenalkan diri.
Siapa tahu berkat namanya tercantum dalam surat pembaca, serta diketahui ide, gagasan atau usulannya yang cemerlang, penulis menjadi dikenal banyak orang dan mendapat banyak relasi. Lantas, tidak mustahil beberapa jalan kearah peningkatan karier, atau peluang, semakin terbuka.
Singkat kata, jangan pernah meremehkan rubrik Surat Pembaca, dan dengan sinis menilainya sebagai sebuah tulisan yang tidak ada harganya.
Boleh jadi tidak sedikit orang yang berhasil menulis buku yang terdiri dari beratus atau bahkan beribu alenia berangkat dari dua tiga alenea dalam rubrik Surat Pembaca. Kemauan mereka untuk terus menulis, meningkatkan kualitas dan kuantitas tulisan pasti bukan karena stimulant financial beruba honor, melainkan terlebih karena kepuasan batin dan kegembiraan jiwa karena tulisannya berhasil bertengger di media massa. Stimulan jiwa inilah yang kemudian membuat penulis menjadi “ketagihan” yang bisa mengantar dia menjadi penulis professional.
Maka tidak salah kiranya kalau kepada penulis pemula, yang sungguh-sungguh baru akan memulai menulis, disarankan untuk menggunakan rubrik Surat Pembaca sebagai ajang tataran berlatih paling awal. Lantas, kalau demikain, mengapa himbauan ini justeru diletakkan dalam bahasan buku ini pada bagian kahir ? Mengapa tidak di depan, pada bab pertama, hingga urutan bab bab yang mengulas kemampuan menulis itu tampak sebagai sebuah urutan grafis yang logis : dari yang kecil ke yang besar ; dari yang sederhana ke yang rumit-sulit ; dari yangmudah ke yang susuah ? Jawabnya sederhana.
Bab-bab yang ditata dalam buku ini tidak dimaksudkan sebagai urutan mudah ke sulit, bukan pula sebagai pembabakan dalam drama, melainkan ‘sekedar’ sebagai pemilahan bahasan. Pembaca bisa saja langsung membaca bab tiga, yang bertutur tentang ‘Menulis Tulisan Khas atau Feature’, karena merasa tertarik dengan masalah ini, atau karena berkepentingan untuk mencari referensi dari bab ini.
Ditilik dari proses pematangan diri, penulis pemula memang disarankan untuk memulai dengan menulis untuk rubrik Surat Pembaca. Namun dari segi penguasaan teknik menulis, masalah menulis berita disarankan untuk dijadikan titik awal, karena prinsip-prinsip dasariah penulisan jurnalistik terdapat di sana. Langkah mana yang dipilih terpulang pada masing-masing orang. Yang perlu disadari adalah, ketrampilan menulis, baik menulis berita, dengan perangkat kaidah-kaidah, maupun menulis surat pembaca yang ‘hanya’ beberapa alenia itu, adalah masalah aksi, bukan teori.
Sedikit teori. Sekali lagi, menulis apa pun adalah lebih masalah aksi ketimbang teori. Apalagi menulis surat pembaca yang, kalau boleh dinilai, sangat simple, sederhana dan mudah. Yang diperlukan hanyalah : ambil bolpen, kertas, tulis, dan kirimkan ke media massa. Titik.
Menulis surat pembaca sebenarnya tidak ubahnya menyampaikan unek-unek atau usul dalam sebuah forum rapat. Hanya saja dalam bentuk tertulis, dalam forum yang lebih luas, yaitu khalayak pembaca, atau masyarakat. Jadi, katakana apa yang dirasakan atau dialamim (masalah apa, kapan, di mana, bagaimana, oleh siapa, dsb), kemudian sampaikan ide, gagasan, usul. Selesai. Tidak perlu basa-basi.
Kalau toh diperlukan teori, barangkali catatan-catatan berikut berguna :
1. Buka langsung dengan masalah apa yang dirasakan atau dialami. Misalnya listrik PLN yang kerap macet sehingga lampu padam, perkakas elektronik terganggu atau rusak, antara lain : computer. Katakan dengan ringkas, padat, dan luas (tanpa basa-basi atau kalimat berbunga-bunga): kapan itu terjadi, di kawasan mana, perkakas apa saja yang rusak, kerugian moral karena anak-anak terganggu belajar, dsb. Tidak perlu dibuka dengan perkenalan, atau permintaan maaf segala.
2. Kemudian, ide, gagasan, usul apa yang ingin dikemukakan : PLN dikenai denda, cara memperhitungkan denda, pasang alat pengaman, dan lain-lain. Agar ide, gagasan atau usul dapat ditangkap dengan jernih, tidak bias dan ambigu, katakana langsung ke masalahnya, jangan berputar-putar atau bertele-tele. Gunakan bahasa yang sederhana, dan santun. Ingat, rubric ini bukan tempat untuk mencaci-maki, mengumpat, atau menghina. Hindari istilah-istilah atau kata-kata asing atau kata-kata serapan yang tidak/belum lazim digunakan agar tidak digunaan secara salah, dan ditafsirkan salah pula.
3. Kalau tetap akan menggunakan kata-kata atau istilah asing, atau kata-kata serapan, gunakan dengan sangat hati-hati. Kata-kata serapan yang sering digunakan secara salah misalnya : aplikasi, implikasi, implementasi, dengan kata-kata turunannya, seperti : aplikatif, implikatif, implementatif, dan sebagainya.
Tutuplah dengan kata atau kalimat singkat.
Terima aksih, atau Wassalamam, atau Semoga Bermanfaat. Titik, tanpa embel-embel lagi.
4. Kirimkan ke media massa yang sesuai. Kalau masalah yang dikemukakan bertaraf nasional, sebaiknya dikirimkan ke media massa yang berskala nasional pula. Kalau masalahnya sangat lokal, seyogyanya dikirimkan ke media massa lokal. Namun, surat oembaca yang berisi masalah local pun, misalnya Pentaan kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, bisa saja dikirimkan ke media massa berskala nasional agar bisa mendapat simpati atau tanggapan yang lebih luas. Pengandaiannya, bukankah banyak warga Yogyakarta yang dimintai tanggapannya perihal Malioboro, yang tersebar ke seantero Indonesia ? Lagi pula, Malioboro sudah dikenal banyak orang di seantero Indonesia.
BERLANGGANAN VIA E-MAIL
Kamis, 03 September 2009
Tips Menulis Surat Pembaca
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
Komentar :
Posting Komentar